WHAT'S NEW?
Loading...

Adil dan Dholim


Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, sesuai porsinya, sesuai kemampuannya.. Begitulah yang saya ingat definisi adil menurut seorang ustadz. Sedangkan lawan kata dari adil adalah dholim, yaitu menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, tidak sesuai porsinya, dan tidak sesuai kemampuannya.

Seorang anak seusia SD, kira-kira berumur 13 tahun merengek kepada ayahnya minta dibelikan sepeda motor, namun sang ayah yang tahu persis kondisi dan kemampuan anaknya itu menolak untuk memberikan dia sepeda motor, walaupun sang anak menangis. Sikap sang ayah ini dinamakan adil, bukan semata-mata karena kasihan melihat sang anak menangis lalu sang ayah memberikan begitu saja sepeda motor, walaupun sang ayah tahu persis anaknya belum bisa mengendarai sepeda motor dan belum mempunyai SIM. Ketika sang ayah memberikan sepeda motor kepada anaknya yang belum bisa mengendarai sepeda motor dan belum punya SIM, maka sikap ayah ini dinamakan dholim. Karena bisa saja anaknya ini jatuh ketika mengendarai sepeda motornya atau terkena tilang karena tidak punya SIM.
Begitupun ketika Allah ‘tidak’ mengabulkan permintaan kita, bukan karena Allah dholim.. subhanalloh, sungguh Allah maha adil. Allah lah yang menciptakan dan mengurus kita, maka Allah tahu persis apa kebutuhan kita dan porsinya. Ketika Allah memberikan cobaan atau musibah, sekali lagi bukan karena Allah dholim, namun Allah lah yang maha tahu kemampuan kita.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqoroh 2: 216)

Ketika kita memakai topi di kaki dan memakai sepatu di kepala, maka kita telah berbuat dholim. Karena topi seharusnya digunakan di kepala dan sepatu digunakan di kaki.
Begitupun ketika kita memperlakukan Alquran selayaknya buku koleksi saja yang menghiasi almari kita, dibaca jika ada waktu senggang, dipelajari maknanya jika ingat, apalagi diamalkan isinya..uh terlalu sibuk. Padahal Alquran adalah bukti kasih sayang Allah kepada kita makhluknya, Allah telah menurunkan Alquran sebagai huda (petunjuk) agar bisa mengarungi kehidupan dunia bahkan akhirat kelak dengan selamat.
Adil tidak seperti yang difahami oleh kaum sosialis, menurut mereka adil adalah sama rata sama rasa. Jika mendapatkan sesuatu keuntungan dari hasil usaha, maka harus dibagi rata kepada yang lainnya.. Satu orang berusaha susah payah, yang lain tinggal merasakannya karena sama rasa.
Namun dalam agama fitrah ini tidak begitu yang dikatakan adil. Konsep berbagi telah ada prosedurnya melalui zakat, infak, atau shodaqoh. Namun seseorang tidak akan menanggung hasil dari orang lain melainkan apa yang diusahakannya sendiri.
dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan. (An-Najm 53: 39-40)
Wallohu ‘alam bi showab. Semoga bermanfaat..

sumber : http://adiyasan.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar