WHAT'S NEW?
Loading...

Sebab-sebab Husnul Khatimah

Sebab-sebab Husnul Khatimah,

Habib Muhammad al-Haddar mengatakan bahwa siapa yang meminta Husnul Khatimah kepada Allah akan membuat setan kecewa berat. Setan merasa sia-sia belaka dalam usahanya menyelakakan dan menyesatkan umat manusia. Siang dan malam setan berusaha menjermuskan manusia dalam kemaksiatan sehingga ia menjadi orang yang celaka di dunia dan di akhirat. Harapan itu sirna ketika seseorang memohon Husnul Khatimah kepada Allah SWT.

Diriwayatkan, setan mempunyai pembantu-pembantu yang membantunya dalam menyelakakan manusia. Namun ada 3 hal dimana setan turun tangan langsung.

Pertama, ketika seseorang dalam keadaan sekarat (sakaratul maut). Dalam keadaan seperti ini setan akan mengerahkan seluruh kemampuannya agar bagaimana seseorang yang akan mati ini, tidak mengucapkan kalimat tauhid (Laa ilaha illa Allah) dan justru mati dalam keadaan tidak bertauhid.

Kedua, ketika seseorang berduaan dengan perempuan asing. Kata Rasulullah SAW, “Tidaklah dua orang, pria dan wanita, berada dalam sebuah ruangan yang kosong, kecuali setan menjadi orang ketiganya.” Setan akan memberi inspirasi dan dorongan kepada kedua manusia yang berbeda jenis kelamin ini agar jatuh dalam perzinaan.

Ketiga, ketika seseorang yang bermaksiat hendak bertaubat. Dalam keadaan ini, setan akan berusaha mati-matian mencegah seseorang untuk bertaubat. Sebab setan akan merasa gagal total manakala orang yang telah berhasil digodanya, ternyata ujung-ujungnya bertaubat. Ibarat bangunan yang sudah ditegakkan begitu kuat dalam rangka memenjarakan seorang hamba dalam penjara dosa dan kehinaan, hancur seketika karena taubatnya kepada Allah SWT. Ketiga hal ini menjadi prioritas setan.

Diriwayatkan, ketika setan melihat seseorang meninggal dalam keadaan iman atau mengucapkan Laa ilaha illa Allah, ia merasakan kesedihan yang mendalam selama 40 hari lamanya. Nabi SAW pernah bersabda, “Barangsiapa yang akhir umurnya dalam keadaan meyakini tiada tuhan selain Allah, ia pasti masuk surga.” Sebaliknya, ketika seseorang meninggal dalam keadaan tidak beriman, ia bahagia dan gembira setengah mati, selama 40 hari. Hal ini menandakan bahwa ia mati dalam keadaan su`ul khatimah.

Mati su`ul khatimah artinya mati tidak membawa tauhid dan mengesakan Allah. Kondisi semacam ini melahirkan keriangan pada diri setan karena ia mati tidak dalam keadaan beriman, ia akan kekal di neraka.

Kematian Husnul Khatimah adalah ketentuan Allah SWT. Ada seorang sahabat bernama Ushairim. Pada awalnya ia berada dalam kekufuran. Ketika terjadi perang Uhud ia mendapat hidayah, ia datang kepada Nabi dan berkata, “Ya Rasul, aku masuk Islam lalu ikut berperang atau berperang kemudian baru masuk Islam?

Jawab Rasul, “Masuk Islam dulu kemudian ikut perang.” Ia masuk Islam dan mati dalam peperangan tersebut. Abu Hurairah mengatakan betapa beruntung sahabat tersebut, baru masuk Islam sudah menggondol gelar syahadaah (syahid), padahal belum beramal apa-apa.

Bagaimana cara agar kita dapat mati dalam keadaan Husnul Khatimah? “Barangsiapa membiasakan diri di masa kecilnya maka akan menjadi kebiasaan di masa tuanya dan barangsiapa membiasakan sesuatu di masa tuanya, ia akan mati dalam keadaan seperti itu.”

Jika sejak kecil seseorang tumbuh berkembang dalam keadaan taat kepada Allah SWT maka di masa depnnya ia akan menjadi orang yang taat, dan pada akhirnya wafat dalam keadaan taat. Jika seseorang terbiasa melakukan maksiat sejak dini, akan menjadi kebiasaan dan wafat dalam keadaan yang hina itu.

Maksiat kepada Allah merupakan sebab utama mati dalam keadaan su`ul khatimah. Imam Qurtubi mengatakan ada seseorang yang bertetangga dimana sang tetangga sedang menghadapi sakaratul maut. Kemudian dituntun untuk mengucapkan Laa ilaha illa Allah. Si tetangga ini berkata, “Aku sudah berusaha mengucapkannya, tapi tak juga kumampu karena jarum timbanganku menghalangiku untuk mengucapkannya.”

“Apa yang kamu maksud?”

“Ketika aku menimbang makanan di atas timbanganku, di wadah itu ada debu menempel yang lupa kubersihkan. Seharunya aku meniupnya dulu, baru aku meletakkan makanan untuk ditimbang, sehingga timbangannya bersih. Akibat hal ini, aku telah merugikan orang lain dan kini aku kesulitan mengucapkan kalimat tauhid.”

Janganlah kita meremehkan maksiat sekecil apapun itu sebab ia menjadi jembatan menuju kesulitan untuk wafat dalam keadaan Husnul Khatimah. Maka, perbanyaklah mengucapkan doa, “Ya Allah bihaa, Ya Allah bihaa, Ya Allah bi Husnil Khatimah.”

(Ceramah Syaikh Abdulqadir al-Baihani (Bonus Majalah Cahaya Nabawiy Edisi No. 117 Th. IX Rajab / Sya`ban 1434 H / Juni 2013))

(Habib Ali Akbar bin Agil)

0 komentar:

Posting Komentar