KH Ahmad
Dahlan lahir di Kampung Kauman Yogyakarta pada tahun 1868 dengan nama
Muhammad Darwis. Ayahnya K.H. Abu Bakar adalah imam dan khatib Masjid
Besar Kauman Yogyakarta, sementara ibunya Siti Aminah adalah anak K.H.
Ibrahim, penghulu besar di Yogyakarta. Menurut salah satu silsilah,
keluarga Muhammad Darwis dapat dihubungkan dengan Maulana Malik Ibrahim,
salah seorang wali penyebar agama Islam yang dikenal di Pulau Jawa.
Sejak
kecil Muhammad Darwis sudah belajar membaca Quran di kampung sendiri
atau di tempat lain. Ia belajar membaca Quran dan pengetahuan agama
Islam pertama kali dari ayahnya sendiri dan pada usia delapan tahun ia
sudah lancar dan tamat membaca Quran. Menurut cerita, sejakIa belajar
fiqh dari K.H. Muhammad Saleh dan belajar nahwu dari K.H. Muhsin. Selain
belajar dari dua guru di atas yang juga adalah kakak iparnya, Muhammad
Darwis belajar ilmu agama lslam lebih lanjut dari K.H. Abdul Hamid di
Lempuyangan dan KH. Muhammad Nur.
Ahmad
Dahlan juga belajar dengan para ulama di Arab Saudi ketika ia sedang
menunaikan ibadah haji. Ia pernah belajar ilmu hadist kepada Kyai
Mahfudh Termas dan Syekh Khayat, belajar ilmu qiraah kepada Syekh Amien
dan Sayid Bakri Syatha, belajar ilmu falaq pada K.H. Dahlan Semarang,
dan ia juga pernah belajar pada Syekh Hasan tentang mengatasi racun
binatang. Menurut beberapa catatan, kemampuan intelektual Muhammad
Darwis ini semakin berkembang cepat dia menunaikan ibadah haji pertama
pada tahun 1890,beberapa bulan setelah perkawinannya dengan Siti Walidah
pada tahun 1889.
Proses
sosialisasi dengan berbagai ulama yang berasal dari Indonesia seperti:
Kyai Mahfudh dari Termas, Syekh Akhmad Khatib dan Syekh Jamil Jambek
dari Minangkabau, Kyai Najrowi dari Banyumas, dan Kyai Nawawi dari
Banten, maupun para ulama dari Arab, serta pemikiran baru yang ia
pelajari selama bermukim di Mekah kurang lebih delapan bulan, telah
membuka cakrawala baru dalam diri Muhammad Darwis, yang telah berganti
nama menjadi Ahmad Dahlan. Perkembangan ini dapat dilihat dari semakin,
luas dan bervariasinya jenis kitab yang dibaca Ahmad Dahlan. Sebelum
menunaikan ibadah haji, Ahmad Dahlan lebih banyak mempelajari
kitab-kitab, dari Ahlussunnah waljamaah dalam ilmu aqaid, dari madzab
Syafii dalam ilmu Fiqh dari Imam Ghozali dan ilmu tasawuf.
Ia
belajar fiqh pada Syekh Saleh Bafadal, Syekh Sa'id Yamani, dan Syekh
Sa'id Babusyel. Ahmad Dahlan belajar ilmu hadist pada Mufti Syafi'i,
sementara itu ilmu falaq dipelajari pada Kyai Asy'ari Bawean. Dalam
bidang ilmu qiruat, Ahmad Dahlan belajar dari Syekh Ali Misri Makkah.
Selain itu, selama bermukim di Mekah ini Ahmad Dahlan juga secara
reguler mengadakan hubungan dan membicarakan berbagai masalah
sosial-keagamaan, termasuk masalah yang terjadi di Indonesia dengan para
Ulama Indonesia yang telah lama bermukim di Arab Saudi, seperti: Syekh
Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas
Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang.
Berdasarkan
koleksi buku-buku yang ditinggalkan oleh Ahmad Dahlan, sebagian besar
adalah buku yang dipengaruhi ide-ide pembaharuan. Di antara buku-buku
yang sering dibaca Ahmad Dahlan antara lain: Kosalatul Tauhid karangan
Muhammad Abduh, Tafsir Juz Amma karangan Muhammad Abduh, Kanz
Al-Ulum,Dairah Al Ma'arif karangan Farid Wajdi, Fi Al -Bid'ah karangan
Ibn Taimiyah,Al Tawassul wa-al-Wasilah karangan Ibn Taimiyah, Al-Islam
wa-l-Nashraniyahkarangan Muhammad Abduh, Izhar al-Haq karangan Rahmah al
Hindi, Tafsshilal-Nasyatain Tashil al Sa'adatain, Matan al-Hikmah
karangan Atha Allah, danAl-Qashaid al-Aththasiyyah karangan Abd al
Aththas .
Proses pembentukan Muhammadiyah
Setelah
pulang dari menunaikan ibadah haji kedua, aktivitas sosial-keagamaan
Ahmad Dahlan di dalam masyarakat di samping sebagai Khatib Amin semakin
berkembang. Ia membangun pondok untuk menampung para murid yang ingin
belajar ilmu agama Islam secara umum maupun ilmu lain seperti: ilmu
falaq, tauhid, dan tafsir. Para murid itu tidak hanya berasal dari
wilayah Residensi Yogyakarta, melainkan juga dari daerah lain di Jawa
Tengah.
Walaupun
begitu, pengajaran agama Islam melalui pengajian kelompok bagi anak-
anak, remaja, dan orang tua yang telah lama berlangsung masih terus
dilaksanakan. Di samping itu, di rumahnya Ahmad Dahlan mengadakan
pengajian rutin satu minggu atau satu bulan sekali bagi
kelompok-kelompok tertentu,seperti pengajian untuk para guru dan pamong
praja yang berlangsung setiap malam Jum`at. Ahmad Dahlan juga aktif
dalam organisasi pergerakan yang lahir pada masa itu salah satunya Budi
Utomo. Dalam perkembangan selanjutnya, Ahmad Dahlan tidak hanya menjadi
anggota biasa, melainkan ia menjadi pengurus kring Kauman dan salah
seorang komisaris dalam kepengurusan Budi Utomo Cabang Yogyakarta.
Sementara
itu, pada sekitar tahun 1910 Ahmad Dahlan juga menjadi anggota Jamiat
Khair, organisasi Islam yang banyak bergerak dalam bidang pendidikan dan
mayoritas anggotanya adalah orang-orang Arab. Keterlibatan secara
langsung di dalam Budi Utomo memberi pengetahuan yang banyak kepada
Ahmad Dahlan tentang cara berorganisasi dan mengatur organisasi secara
modern .
Berinteraksi
dengan kedua organisasi ini memberikan inspirasi dan gagasan baru bagi
Ahmad Dahlan. Oleh karena itu dia secara pribadi mulai merintis
pembentukan sebuah sekolah yang memadukan pengajaran ilmu agama Islam
dan ilmu umum. Dalam berbagai kesempatan Ahmad Dahlan menyampaikan ide
pendirian sekolah yang mengacu pada metode pengajaran seperti yang
berlaku pada sekolah milik pemerintah kepada berbagai pihak, termasuk
kepada para santri yang belajar di Kauman maupun penduduk Kauman secara
umum.
Sekolah
tersebut dimulai dengan 8 orang siswa, yang belajar di ruang tamu rumah
Ahmad Dahlan yang berukuran 2,5 m x 6 m dan ia bertindak sendiri
sebagai guru. Keperluan belajar dipersiapkan sendiri oleh Ahmad Dahlan
dengan memanfaatkan dua buah meja miliknya sendiri. Sementara itu, dua
buah bangku tempat duduk para siswa dibuat sendiri oleh Ahmad Dahlan
dari papan bekas kotak kain moridan papan tulis dibuat dari kayusuren.
Ketika pendirian sekolah tersebut dibicarakan dengan anggota dan pengurusBudi Utomo serta para siswa dan guru Kweekschool
Jetis, Ahmad Dahlan mendapat dukungan yang besar. Di antara para
pendukung itu adalah : Mas Rajiyang menjadi siswa, R. Sosro Sugondo, dan
R. Budiharjo yang menjadi guru di Kweekschool Jetis sangat membantu
Ahmad Dahlan mengembangkan sekolah tersebut sejak awal .
R.
Budiharjo yang bersama-sama Ahmad Dahlan menjadi pengurus Budi Utomo
Yogyakarta banyak memberikan saran tentang penyelenggaraan sebuah
sekolah sesuai dengan pengalamannya menjadi kepala sekolah di Kweekschool
Jetis. Ia juga menyarankan kepada Ahmad Dahlan untuk meminta subsidi
kepada pemerintah jika sekolah yang didirikan itu sudah teratur, dengan
dukungan dari Budi Utomo.
Selain
itu, pendirian sekolah itu juga mendapat dukungan dari kelompok
terpelajar yang berasal dari luar Kauman serta para siswa Kweekschool
Jetis yang biasa datang ke rumahnya pada setiap hari Ahad. Sebagai
realisasi dari dukungan Budi Utomo, organisasi ini menempatkan Kholil,
seorang guru di Gading untuk mengajar ilmu pengetahuan umum pada sore
hari di sekolah yang didirikan Ahmad Dahlan. Oleh sebab itu, para siswa
masuk dua kali dalam satu hari karena Ahmad Dahlan mengajar ilmu
pengetahuan agama Islam pada pagi hari. Walaupun masih mendapat
tantangan dari beberapa pihak, jumlah siswa terus bertambah sehingga
Ahmad Dahlan harus memindahkan ruang belajar ke tempat yang lebih luas
di serambi rumahnya.
Akhirnya
setelah proses belajar mengajar semakin teratur, sekolah yang didirikan
oleh Ahmad Dahlan itu diresmikan pada tanggal 1 Desember 1911 dan
diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Ketika diresmikan,
sekolah itu mempunyai 29 orang siswa dan enam bulan kemudian dilaporkan
bahwa terdapat 62 orang siswa yang belajar di sekolah itu. Sebagai
lembaga pendidikan yang baru saja terbentuk, sekolah yang didirikan oleh
Ahmad Dahlan memerlukan perhatian lebih lanjut agar dapat terus
dikembangkan.
Pertama, perlu didirikan sebuah organisasi baru di Yogyakarta. Kedua,
para siswa Kweekschool tetap akan mendukung Ahmad Dahlan, akan tetapi
mereka tidak akan menjadi pengurus organisasi yang akan didirikan karena
adanya larangan dari inspektur kepala dan anjuran agar pengurus supaya
diambil dari orang-orang yang sudah dewasa. Ketiga, Budi Utomo
akan membantu pendirian perkumpulan baru tersebut. Pada bulan-bulan
akhir tahun 1912 persiapan pembentukan sebuah perkumpulan baru itu
dilakukan dengan lebih intensif,melalui pertemuan-pertemuan yang secara
ekplisit membicarakan dan merumuskan masalah seperti nama dan tujuan
perkumpulan, serta peran Budi Utomo dalam proses formalitas yang
berhubungan dengan pemerintah Hindia Belanda.
Organisasi
yang akan dibentuk itu diberi nama "Muhammadiyah", nama yang
berhubungan dengan nama nabi terakhir Muhammad SAW."'Berdasarkan nama
itu diharapkan bahwa setiap anggota Muhammadiyah dalam kehidupan
beragama dan bermasyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pribadi Nabi
Muhammad SAW dan Muhammadiyah menjadi organisasi akhir zaman. Sementara
itu, Ahmad Dahlan berhasil mengumpulkan 6 orang dari Kampung Kauman,
yaitu: Sarkawi, Abdulgani, Syuja, M. Hisyam, M. Fakhruddin, dan M. Tamim
untuk menjadi anggota Budi Utomo dalam rangka mendapat dukungan formal
Budi Utomo dalam proses permohonan pengakuan dari Pemerintah Hindia
Belanda terhadap pembentukan Muhammadiyah.
Setelah
seluruh persiapan selesai, berdasarkan kesepakatan bersama dan setelah
melakukan shalat istikharah akhirnya pada tanggal 18 November 1912 M
atau 8 Dzulhijjah 1330 H persyarikatan Muhammadiyah didirikan. Dalam
kesepakatan itu juga ditetapkan bahwa Budi Utomo Cabang Yogyakarta akan
membantu mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar
pembentukan Muhammadiyah diakui secara resmi sebagai sebuah badan
hukum.
Pada
hari Sabtu malam, tanggal 20 Desember 1912, pembentukan Muhammadiyah
diumumkan secara resmi kepada masyarakat dalam suatu pertemuan yang
dihadiri oleh tokoh masyarakat, pejabat pemerintah kolonial, maupun para
pejabat dan kerabat Kraton Kasultanan Yogyakarta maupun Kadipaten
Pakualaman. Pada saat yang sama, Muhammadiyah yang dibantu oleh Budi
Utomo secara resmi mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia
Belanda untuk mengakui Muhammadiyah sebagai suatu badan hukum.
Menurut
anggaran dasar yang diajukan kepada pemerintah pada waktu pendirian,
Muhammadiyah merupakan organisasi yang bertujuan menyebarkan pengajaran
agama Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputra di Jawa dan Madura
serta memajukan pengetahuan agama para anggotanya. Pada waktu itu
terdapat 9 orang pengurus inti, yaitu: Ahmad Dahlan sebagai kctua,
Abdullah Sirat sebagai sekretaris, Ahmad, AbdulRahman, Sarkawi,
Muhammad, Jaelani, Akis, dan Mohammad Fakih sebagai anggota. Sementara
itu, para anggota hanya dibatasi pada penduduk Jawa dan Madura yang
beragama Islam.
Disamping
memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan
anak-anak, beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai
tahun 1918 beliau telah mendirikan sekolah dasar sejumlah 5 buah, tahun
1919 mendirikan Hooge School Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun
1921 diganti namnaya menjadi Kweek School Muhammadiyah, tahun 1923,
dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri perempuan sendiri, dan akhirnya
pada tahun 1930 namanya dirubah menjadi Mu`allimin dan Mu`allimat.
Muhammadiyah mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan Nama
'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, Nyi Walidah Ahmad Dahlan
berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya .
Gagasan utama KH Ahmad Dahlan
Gagasan
Ahmad Dahlan adalah bagaimana dapatnya mengamalkan ayat-ayat al-Qur`an.
Dengan demikian Muhammadiyah sebagai organisasi senantiasa diikhtiarkan
untuk menjadi tempat untuk mengkaji Al-Qur`an sekaligus menjadi tempat
bermusyawarah untuk mengamalkannya. Oleh karenanya Muhammadiyah tidak
mungkin terpisah dari tiga prinsip yakni : pengkajian Al-Qur`an,
musyawarah dan amal.
Dari tulisan KH. Ahmad Dahlan dan pengungkapan Haji Hajid tentang KH. Ahmad Dahlan dalam berorganisasi berpegang pada prinsip:
a. Senantiasa menghubungkan diri (mempertanggungjawabkan tindakannya) kepada Allah.
b. Perlu adanya ikatan persaudaraan berdasar kebenaran (sejati).
c.
Perlunya setiap orang, terutama para pemimpin terus-menerus menambah
ilmu, sehingga dapat mengambil keputusan yang bijaksana.
d. Ilmu harus diamalkan.
e. Perlunya dilakukan perubahan apabila memang diperlukan untuk menuju keadaan yang lebih baik.
f. Mengorbankan harta sendiri untuk kebenaran. Ikhlas dan bersih.
Haji
Hajid menuliskan pengalamannya sebagai murid Ahmad Dahlan dalam risalah
singkat berjudul falsafah Ajaran KH. Ahmad Dahlan , yakni tujuh poin
yang dapat dipetik, yaitu :
Pertama,
Kerapkali KH. Ahmad Dahlan mengungkapkan perkataan ulama (al-Ghazali
pen) yang menyatakan bahwa manusia itu semuanya mati (mati perasaannya)
kecuali para ulama yaitu orang-orang yang berilmu. Dan ulama itu
senantiasa dalam kebingungan, kecuali mereka yang beramal. Dan yang
beramal pun semuanya dalam kekhawatiran kecuali mereka yang ikhlas dan
bersih.
Kedua,
Kebanyakan mereka di antara manusia berwatak angkuh dan takabur mereka
mengambil keputusan sendiri-sendiri. KH. Ahmad Dahlan heran mengapa
pemimpin agama dan yang tidak beragama selalu hanya beranggapan,
mengambil keputusan sendiri tanpa mengadakan pertemuan antara mereka,
tidak mau bertukar pikiran memperbincangkan mana yang benar dan mana
yang salah?.
Ketiga,
Manusia kalau mengerjakan pekerjaan apapun, sekali, dua kali,
berulang-ulang, maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan
yang dicintai. Kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk dirubah. Sudah
menjadi tabiat bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang
telah diterima, baik dari sudut atau i’tiqat, perasaan kehendak maupun
amal perbuatan. Kalau ada yang akan merubah sanggup membela dengan
mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena anggapannya bahwa apa yang
dimiliki adalah benar.
Keempat,
Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus
bersama-sama menggunakan akal pikirannya untuk berpikir bagaimana
sebenarnya hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia. Manusia harus
mempergunakan pikirannya untuk mengoreksi soal itikad dan
kepercayaan¬nya, tujuan hidup dan tingkah lakunya, mencari kebenaran
yang sejati.
Kelima,
Setelah manusia mendengarkan pelajaran-pelajaran fatwa yang
ber-macam-macam membaca beberapa tumpuk buku dan sudah memperbincangkan,
memikir-mikir, menimbang, membanding-banding kesana kemari, barulah
mereka dapat memperoleh keputusan, memperoleh kebenaran yang
sesungguh¬nya. Dengan akal pikirannya sendiri dapat mengetahui dan
menetapkan, inilah perbuatan yang benar.
Keenam,
Kebanyakan para pemimpin belum berani mengorbankan harta benda dan
jiwanya untuk berusaha tergolong¬nya umat manusia dalam kebenaran. Malah
pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mepermainkan, memperalat manusia
yang bodoh-bodoh dan lemah.
Ketujuh,
Ilmu terdiri atas pengetahuan teori dan amal (praktek), Dalam
mempelajari kedua ilmu itu supaya dengan cara bertingkat. Kalau
setingkat saja belum bisa mengerjakan tidak perlu ditambah.
Adapun
misi dakwah yang pertama dari Muhammadiyah adalah kembali ke Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi Muhammadiyah saw. Ia melihat, bahwa umat Islam telah
jauh melenceng dari apa yang digariskan oleh Nabi Muhammad saw. Pada
saat yang bersamaan, sistem pendidikan yang membuat mereka kembali ke
ajaran yang benar, masih minim jumlahnya. Karena itu, tugas
Muhammadiyah, selain memperbaiki keimanan melalui pendidikan, ia juga
berdakwah dengan karya nyata.
Sebagai
organisasi masyarakat yang berbasiskan agama, apalagi ajarannya adalah
untuk kembali pada sumber aslinya, Al-Qur’an dan Al-Hadist, di
tengah-tengah masyarakat yang berpesta dengan takhayul, bid’ah dan
churafat (TBC), bukan kecil hambatan, rintangan yang mesti dihadapinya.
Bagi Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan dijadikan
pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikkan. Betapapun bagusnya
suatu program, menurut dahlan, jika tidak dipraktikkan, tak bakal bisa
mencapai tujuan bersama.
Praktik
amal nyata yang fenomenal ketika menerapkan apa yang tersebut dalam
surah al-Ma’un yang secara tegas memberi peringatan kepada kaum muslimin
agar mereka menyayangi anak-anak yatim dan membantu fakir miskin.
Aplikasi surah al-Ma’un ini adalah terealisirnya rumah-rumah yatim dan
menampung orang-orang miskin. Kondisi ini terjadi pada zaman penjajahan
jepang yang menerapkan institusi romusha, yang merupakan lembaga kerja
paksa untuk usaha perang Jepang di Indonesia. Akibat romusha ini banyak
rakyat yang meninggal dunia anak-anak menjadi yatim, jumlah janda
semakin bertambah, kemiskinan semakin melilit. Inilah yang mendorong
Muhammadiyah akhirnya mendirikan Penolong Kesengsaran Oemoem di
Panarukan, Jawa Timur.
Ketika
menerapkan Al-Qur’an surah 26 ayat 80, yang menyatakan bahwa Allah
menyembuhkan sakit seseorang, Muhammadiyah mendirikan balai kesehatan
masyarakat atau rumah sakit. Lembaga ini didirikan, selain untuk memberi
perawatan pada masyarakat umum, bahkan yang miskin digratiskan, juga
untuk memberi penyuluhan, betapa pentingnya arti sehat. Berbagai bentuk
penyuluhan diselenggarakan, agar masyarakat bisa hidup secara sehat
sebagaimana diajarkan oleh Muhammad saw. Bila umat sehat, mereka akan
jadi produktif yang manfaatnya untuk keluarga, umat dan negara.
Al-Qur’an
surah 96 ayat 1 yang memberi penekanan arti pentingnya membaca,
diterjemahkan dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Dengan
pendidikan, buta huruf diberantas. Bila umat tak lagi buta huruf, maka
mereka akan mudah menerima informasi lewat tulisan-tentang agamanya.
Dari lembaga pendidikan ini muncul pula bahan-bahan bacaan, dalam bentuk
buku, koran dan sejenisnya. Dengan mengetahui huruf rakyat akan mampu
membaca, ketika sudah mampu membaca maka rakyat dapat melihat dunia.
Membaca adalah jendela dunia.
Amal
nyata Muhammadiyah yang dikomandoi oleh Ahmad Dahlan, tak pernah lepas
dari tiga unsur di atas : rumah yatim dan fakir miskin, rumah sakit dan
lembaga pendidikan. Dan itu terus dilakukan oleh generasi penerus
Muhammadiyah sampai kini. Akhirnya usaha keras yang dirintis Ahmad
Dahlan akhirnya berbuah juga. Muhammadiyah menjadi pelopor organisasi
sosial kemasyarakatan yang berbasiskan agama serta memiliki corak
pembaruan yang khas dan dinamis.
sumber : http://thebrewokz.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar