WHAT'S NEW?
Loading...

Membangun Tradisi Mendongeng

Membangun Tradisi Mendongeng, 

Apakah saat ini anda punya anak? Anak anda mulai bisa berbicara? Biasanya, salah satu permintaan anak, ingin didongengin kisah-kisah atau cerita-cerita yang kaya gambar dan warna. Mereka sangat tertarik untuk dikisahkan oleh orang tuanya atau guru-gurunya. Dengan mendengarkan cerita-cerita tersebut mereka akan berimajinasi yang pada gilirannya akan meransang kemampuan komunikasi dan memperkaya wawasan serta kosa katanya.

Anak saya, Khadijah al-Kubra, juga memiliki perilaku seperti ini. Hampir tiap hari dan di tiap kesempatan ia meminta saya untuk mendongeng. Tidak peduli hujan atau panas, tidak peduli saya baru datang kerja. Setiap kali datang dari luar ia selalu minta kepada saya untuk mendongeng.

Khadijah lebih suka saya yang mengisahkan. Saya berusaha menghadirkan senyata mungkin tokoh dalam kisah lengkap dengan suara yang cocok dengan karakter masing-masing. Misalnya, kalau tokohnya orang jahat saya merekayasa suara seperti orang jahat. Kalau orang baik saya menyamakan dengan suara saya dengan suara yang intonasinya cocok sebagai ciri khas orang baik. Begitu pula saya berusaha memiripkan suara-suara hewan yang ada dalam cerita. Tapi ada dampaknya lho kalau anak sudah cocok dengan cara kita mendongeng. Apa itu? Dia akan kecanduan tapi justru hal ini merupakan respon yang baik. Lho kok bisa? Apa hubungan kisah dan kebaikan bagi diri anak?

Setiap kisah teladan pasti mengandung hikmah yang bisa diambil. Tradisi mendongeng atau bercerita dapat meningkatkan kemampuan komunikasi anak kita. Semakin kita sering mendongenginya ia akan semakin lancar berkomunikasi ditambah dengan penyerapan kosa kata yang semakin banyak. Kalau tidak percaya, coba lakukan perbandingan antara anak yang senang mendengarkan cerita dengan yang tidak pernah mendengarkannya, pasti ada bedanya.

Agar kisah yang disampaikan dapat menambah sikap religi anak, ada baiknya kita memilih kisah-kisah yang ada kaitannya dengan Qur`an dan Hadits. Waktu yang baik untuk berkisah adalah di waktu anak akan tidur. Jadikan kesempatan bercerita sebagai pengantar tidur yang bisa jadi akan dibawa mimpi di alam bawah sadarnya.

Bagaimana cara mendongeng di hadapan anak-anak kita?
1. Terlebih dahulu bangun tradisi mendongeng atau bercerita pada keluarga
2. Jadikan kisah-kisah teladan sebagai pilihan utama dalam rangkan membangun kereligiusan anak kita
3. Carilah buku-buku cerita di took-toko buku terdekat
4. Berikan kesimpulan yang berisi hikmah di tiap akhir cerita.
5. Sesekali, mintalah anak kita untuk menyimpulkan dari kisah yang kita bacakan

Meskipun lima langkah di atas kita kerjakan dengan baik tapi tidak ada salahnya jika kita menyesuaikan kisah sesuai usianya. Jika anak kita masih berusia 3-5 tahun, ia lebih menyukai cerita dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Di fase ini memiliki daya khayal yang tinggi tapi masih terbatas pada lingkungan sekitar. Jauhkan anak-anak dari cerita-cerita hantu sebab berdampak buruk dan membuatnya takut serta tercekam.

Jika anak berusia 6-9 tahun, anak lebih menyukai kisah-kisah khayal, jauh meninggalkan lingkungan yang mengitari anak. Di fase ini, akan lebih baik jika kita selaku orang tua mengisahkan cerita yang menembus batas-batas pengetahuan anak tanpa meninggalkan kenyataan dalam lingkungannya.

Apabila anak berusia 9-12 tahun, ia sudah mempunyai pandangan dan prinsip hidup, sesuai umurnya. Mereka lebih senang mendengar kisah-kisah berisi kepahlawanan dan petualangan. Tingkat khayalan anak di masa ini sudah berkurang meski tidak semuanya. Sebab daya khayal manusia akan tetap ada, betapapun kualitas dan kuantitasnya. Namun arahkan khayalan yang ada untuk dimanfaatkan sebesar mungkin bagi perkembangan anak.(Habib Ali Akbar bin Agil)

Selamat Mencoba dan Semoga Sukses!!

0 komentar:

Posting Komentar