ASWAJA (Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah) selama ini masih belum dipahami secara tuntas, sehingga menjadi bahan “rebutan” setiap golongan. Semua kelompok mengaku dirinya sebagai penganut ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Tidak jarang, label itu digunakan untuk kepentingan sesaat. Jadi, apakah yang dimaksud dengan Aswaja sebenarnya? Dalam istilah masyarakat Indonesia, ASWAJA adalah singkatan dari Ahlissunnah Wal Jama’ah. Ada tiga kata yang membentuk istilah tersebut.
a.) AHL, berarti keluarga, golongan atau pengikut.
b.) AL – SUNNAH, yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.maksudnya, semua yang datang dari Nabi SAW, berupa perbuatan, ucapan dan pengakuan Nabi SAW. (Fath al-Baari juz XII hal 245)
c.) AL- JAMAAH, yakni apa yang telah disepakati para sahabat Nabi SAW pada masa Kulafaur Rasyidin Kata jamaah ini diambil dari sabda Nabi SAW: “ Barang siapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di surga, maka hendaklah ia mengikuti al jamaah (kelompok yang menjaga kebersamaan)”, (HR. Al Tirmidzi (2091), dan Al Hakim ( 1 / 77-78) yang menilainya Sahih dan disetujui oleh Al Hafidz Al Dzahabi). Al-Mustadrak juz I, hal 77-78.
Sebagaimana juga telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Qodir Al Jilani ( 471 – 561 H / 1077 – 4166 M ) dalam Al – ghunyah li thalibi thariq al – haqq, juz 1, hal. 80, bahwa Al – Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan beliau).sedangkan Al – Jamaah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para sahabat nabi SAW pada masa khulafaur Rasyidin yang empat, yang telah diberi hidayah Radliyallahu ‘anhum.
Lebih jelas lagi, hadrotus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (1287-1336 H / 1871 – 1947 M) menyebutkan dalam kitabnya Ziyadat Ta’liqat, (hal .23 – 24 ) bahwa “ adapun ahli sunnah wal jamaah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadist, dan ahli fiqih.merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi SAW dan sunnah khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat ( Al firqoh Al najiyyah ). Mereka mengatakan bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu pengikut madzhab Hanafi, Syafi’I, Maliki dan Hanbali”.
Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa Ahlusunnah Wal Jamaah bukanlah aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran Islam yang haqiqi. Tetapi Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi SAW dan sesuai dengan apa yang telah digariskan serta diamalkan oleh para sahabatnya. Kaitannya dengan pengamalan tiga sendi utama ajaran Islam dalam kehidupan sehari – hari, golongan Ahli Sunnah wal Jamaah mengikuti rumusan yang telah digariskan oleh ulama salaf. Yakni :
(1) Dalam bidang Theology ( Aqidah / Tauhid) tercerminlah dalam rumusan yang digagas oleh imam al Asy’ari dan imam al Maturidi.
(2) Dalammdzhab fiqih terwujud dengan mengikuti madzhab empat, yakni madzhab al Hanafi, al Syafi’I, al Maliki dan al Hanbali.
(3) Dalam tashawwuf mengikuti imam al Junaidi al Baghdadi dan imam al Ghazali.
Sebagai pembeda dengan yang lain, ada tiga ciri aswaja, yakni tiga sikap yang selalu diajarkan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya yaitu :
(1) Al Tawasshuth (sikap tengah – tengah, sedang – sedang, tidak ekstrim kiri ataupun kanan).Disarikan dari firmanAllah SWT: “Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian( umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian.” (QS. Al – Baqarah:143).
(2) Al Tawazun, (seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil ‘aqli maupun naqli.Firman Allah : “ Sungguh kami telah mengutus Rasul – rasuil kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata, dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca” (QS. Al – Hadid: 25).
(3) Al I’tidal (Tegak lurus ).Dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman: “ Wahai orang – oaring yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang – orang yang tegak membela ( kebenaran ) karena Allah menjadi saksi ( pengukur kebenaran)yang adil.Dan janganlah kebencian kamu pada suatu qaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Aallah maha melihat pa yang kamu kerjakan” (QS. Al Maidah: 08 ).
Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahli Sunnah Wal Jamaah juga mengamalkan sikap tasammuh ( toleransi). Yakni menghargai perbedaan serta menghurmati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT: “ Maka berbicaralah kamu berdua ( Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya ( Fir’aun) dengan kata – kata yang lemah lembut, mudah – mudahan ia ingat atau takut.”(QS. Thaha: 44 ). Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada nabi Musa AS dan Nabi Harun AS, agar berkata dan bersikap baik kepada Fir’aun.Al Hafidz Ibnu Katsir ( 701 – 774 H / 1302 – 1373 M ) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, “ Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada Fir’aun, adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan suipaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaidah”.(Tafsir Al – Qur’an Al Azhim, Juz 3,hal 206). Oleh: KH. Muhyiddin Abdusshomad
sumber : www.sarkub.com
konsep ASWAJA (Ahl
al-Sunnah wa al-Jama’ah) selama ini masih belum dipahami secara tuntas,
sehingga menjadi bahan “rebutan” setiap golongan. Semua kelompok mengaku
dirinya sebagai penganut ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Tidak jarang,
label itu digunakan untuk kepentingan sesaat. Jadi, apakah yang dimaksud
dengan Aswaja sebenarnya?
Dalam istilah masyarakat Indonesia, ASWAJA adalah singkatan dari
Ahlissunnah Wal Jama’ah. Ada tiga kata yang membentuk istilah tersebut.
a. AHL, berarti keluarga, golongan atau pengikut.
b. AL – SUNNAH, yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW.maksudnya, semua yang datang dari Nabi SAW, berupa
perbuatan, ucapan dan pengakuan Nabi SAW. (Fath al-Baari juz XII hal
245)
c. AL- JAMAAH, yakni apa yang telah disepakati para sahabat Nabi SAW
pada masa Kulafaur Rasyidin
Kata jamaah ini diambil dari sabda Nabi SAW:
“ Barang siapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di surga,
maka hendaklah ia mengikuti al jamaah (kelompok yang menjaga
kebersamaan)”, (HR. Al Tirmidzi (2091), dan Al Hakim ( 1 / 77-78) yang
menilainya Sahih dan disetujui oleh Al Hafidz Al Dzahabi). Al-Mustadrak
juz I, hal 77-78.
Sebagaimana juga telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Qodir Al Jilani (
471 – 561 H / 1077 – 4166 M ) dalam Al – ghunyah li thalibi thariq al –
haqq, juz 1, hal. 80, bahwa Al – Sunnah adalah apa yang telah diajarkan
oleh Rosulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan
beliau).sedangkan Al – Jamaah adalah segala sesuatu yang telah menjadi
kesepakatan para sahabat nabi SAW pada masa khulafaur Rasyidin yang
empat, yang telah diberi hidayah Radliyallahu ‘anhum. Lebih jelas lagi,
hadrotus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (1287-1336 H / 1871 – 1947
M) menyebutkan dalam kitabnya Ziyadat Ta’liqat, (hal .23 – 24 ) bahwa “
adapun ahli sunnah wal jamaah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadist,
dan ahli fiqih.merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan
sunnah Nabi SAW dan sunnah khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah
kelompok yang selamat ( Al firqoh Al najiyyah ). Mereka mengatakan bahwa
kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat,
yaitu pengikut madzhab Hanafi, Syafi’I, Maliki dan Hanbali”.
Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa Ahlusunnah Wal Jamaah bukanlah
aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang
menyimpang dari ajaran Islam yang haqiqi. Tetapi Ahlu Sunnah Wal Jamaah
adalah Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi SAW dan
sesuai dengan apa yang telah digariskan serta diamalkan oleh para
sahabatnya.
Kaitannya dengan pengamalan tiga sendi utama ajaran Islam dalam
kehidupan sehari – hari, golongan Ahli Sunnah wal Jamaah mengikuti
rumusan yang telah digariskan oleh ulama salaf. Yakni :
(1) Dalam bidang Theology ( Aqidah / Tauhid) tercerminlah dalam
rumusan yang digagas oleh imam al Asy’ari dan imam al Maturidi.
(2) Dalammdzhab fiqih terwujud dengan mengikuti madzhab empat, yakni
madzhab al Hanafi, al Syafi’I, al Maliki dan al Hanbali.
(3) Dalam tashawwuf mengikuti imam al Junaidi al Baghdadi dan imam al
Ghazali.
Sebagai pembeda dengan yang lain, ada tiga ciri aswaja, yakni tiga sikap
yang selalu diajarkan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya yaitu :
(1) Al Tawasshuth (sikap tengah – tengah, sedang – sedang, tidak
ekstrim kiri ataupun kanan).Disarikan dari firmanAllah SWT:
“Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian( umat Islam) umat
pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran
penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian.” (QS. Al –
Baqarah:143).
(2) Al Tawazun, (seimbang dalam segala hal, termasuk dalam
penggunaan dalil ‘aqli maupun naqli.Firman Allah :
“ Sungguh kami telah mengutus Rasul – rasuil kami dengan membawa bukti
kebenaran yang nyata, dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab
dan neraca” (QS. Al – Hadid: 25).
(3) Al I’tidal (Tegak lurus ).Dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman:
“ Wahai orang – oaring yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi
orang – orang yang tegak membela ( kebenaran ) karena Allah menjadi
saksi ( pengukur kebenaran)yang adil.Dan janganlah kebencian kamu pada
suatu qaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena
keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah,
karena sesungguhnya Aallah maha melihat pa yang kamu kerjakan” (QS. Al
Maidah: 08 ).
Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahli Sunnah Wal Jamaah juga
mengamalkan sikap tasammuh ( toleransi). Yakni menghargai perbedaan
serta menghurmati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama.
Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda
tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:
“ Maka berbicaralah kamu berdua ( Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS)
kepadanya ( Fir’aun) dengan kata – kata yang lemah lembut, mudah –
mudahan ia ingat atau takut.”(QS. Thaha: 44 ).
Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada nabi Musa AS dan
Nabi Harun AS, agar berkata dan bersikap baik kepada Fir’aun.Al Hafidz
Ibnu Katsir ( 701 – 774 H / 1302 – 1373 M ) ketika menjabarkan ayat ini
mengatakan, “ Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada
Fir’aun, adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut,
mudah dan ramah. Hal itu dilakukan suipaya lebih menyentuh hati, lebih
dapat diterima dan lebih berfaidah”.(Tafsir Al – Qur’an Al Azhim, Juz
3,hal 206).
Oleh: KH. Muhyiddin Abdusshomad
Sumber Artikel at: http://www.gasud.com/2012/10/penjelasan-dan-pengertian-aswaja-ahlus.html
Copyright http://gasud.com
Sumber Artikel at: http://www.gasud.com/2012/10/penjelasan-dan-pengertian-aswaja-ahlus.html
Copyright http://gasud.com
ASWAJA (Ahl al-Sunnah
wa al-Jama’ah) selama ini masih belum dipahami secara tuntas, sehingga
menjadi bahan “rebutan” setiap golongan. Semua kelompok mengaku dirinya
sebagai penganut ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Tidak jarang, label itu
digunakan untuk kepentingan sesaat. Jadi, apakah yang dimaksud dengan
Aswaja sebenarnya?
Dalam istilah masyarakat Indonesia, ASWAJA adalah singkatan dari
Ahlissunnah Wal Jama’ah. Ada tiga kata yang membentuk istilah tersebut.
a. AHL, berarti keluarga, golongan atau pengikut.
b. AL – SUNNAH, yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW.maksudnya, semua yang datang dari Nabi SAW, berupa
perbuatan, ucapan dan pengakuan Nabi SAW. (Fath al-Baari juz XII hal
245)
c. AL- JAMAAH, yakni apa yang telah disepakati para sahabat Nabi SAW
pada masa Kulafaur Rasyidin
Kata jamaah ini diambil dari sabda Nabi SAW:
“ Barang siapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di surga,
maka hendaklah ia mengikuti al jamaah (kelompok yang menjaga
kebersamaan)”, (HR. Al Tirmidzi (2091), dan Al Hakim ( 1 / 77-78) yang
menilainya Sahih dan disetujui oleh Al Hafidz Al Dzahabi). Al-Mustadrak
juz I, hal 77-78.
Sebagaimana juga telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Qodir Al Jilani (
471 – 561 H / 1077 – 4166 M ) dalam Al – ghunyah li thalibi thariq al –
haqq, juz 1, hal. 80, bahwa Al – Sunnah adalah apa yang telah diajarkan
oleh Rosulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan
beliau).sedangkan Al – Jamaah adalah segala sesuatu yang telah menjadi
kesepakatan para sahabat nabi SAW pada masa khulafaur Rasyidin yang
empat, yang telah diberi hidayah Radliyallahu ‘anhum. Lebih jelas lagi,
hadrotus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (1287-1336 H / 1871 – 1947
M) menyebutkan dalam kitabnya Ziyadat Ta’liqat, (hal .23 – 24 ) bahwa “
adapun ahli sunnah wal jamaah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadist,
dan ahli fiqih.merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan
sunnah Nabi SAW dan sunnah khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah
kelompok yang selamat ( Al firqoh Al najiyyah ). Mereka mengatakan bahwa
kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat,
yaitu pengikut madzhab Hanafi, Syafi’I, Maliki dan Hanbali”.
Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa Ahlusunnah Wal Jamaah bukanlah
aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang
menyimpang dari ajaran Islam yang haqiqi. Tetapi Ahlu Sunnah Wal Jamaah
adalah Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi SAW dan
sesuai dengan apa yang telah digariskan serta diamalkan oleh para
sahabatnya.
Kaitannya dengan pengamalan tiga sendi utama ajaran Islam dalam
kehidupan sehari – hari, golongan Ahli Sunnah wal Jamaah mengikuti
rumusan yang telah digariskan oleh ulama salaf. Yakni :
(1) Dalam bidang Theology ( Aqidah / Tauhid) tercerminlah dalam
rumusan yang digagas oleh imam al Asy’ari dan imam al Maturidi.
(2) Dalammdzhab fiqih terwujud dengan mengikuti madzhab empat, yakni
madzhab al Hanafi, al Syafi’I, al Maliki dan al Hanbali.
(3) Dalam tashawwuf mengikuti imam al Junaidi al Baghdadi dan imam al
Ghazali.
Sebagai pembeda dengan yang lain, ada tiga ciri aswaja, yakni tiga sikap
yang selalu diajarkan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya yaitu :
(1) Al Tawasshuth (sikap tengah – tengah, sedang – sedang, tidak
ekstrim kiri ataupun kanan).Disarikan dari firmanAllah SWT:
“Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian( umat Islam) umat
pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran
penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian.” (QS. Al –
Baqarah:143).
(2) Al Tawazun, (seimbang dalam segala hal, termasuk dalam
penggunaan dalil ‘aqli maupun naqli.Firman Allah :
“ Sungguh kami telah mengutus Rasul – rasuil kami dengan membawa bukti
kebenaran yang nyata, dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab
dan neraca” (QS. Al – Hadid: 25).
(3) Al I’tidal (Tegak lurus ).Dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman:
“ Wahai orang – oaring yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi
orang – orang yang tegak membela ( kebenaran ) karena Allah menjadi
saksi ( pengukur kebenaran)yang adil.Dan janganlah kebencian kamu pada
suatu qaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena
keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah,
karena sesungguhnya Aallah maha melihat pa yang kamu kerjakan” (QS. Al
Maidah: 08 ).
Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahli Sunnah Wal Jamaah juga
mengamalkan sikap tasammuh ( toleransi). Yakni menghargai perbedaan
serta menghurmati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama.
Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda
tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:
“ Maka berbicaralah kamu berdua ( Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS)
kepadanya ( Fir’aun) dengan kata – kata yang lemah lembut, mudah –
mudahan ia ingat atau takut.”(QS. Thaha: 44 ).
Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada nabi Musa AS dan
Nabi Harun AS, agar berkata dan bersikap baik kepada Fir’aun.Al Hafidz
Ibnu Katsir ( 701 – 774 H / 1302 – 1373 M ) ketika menjabarkan ayat ini
mengatakan, “ Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada
Fir’aun, adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut,
mudah dan ramah. Hal itu dilakukan suipaya lebih menyentuh hati, lebih
dapat diterima dan lebih berfaidah”.(Tafsir Al – Qur’an Al Azhim, Juz
3,hal 206).
Oleh: KH. Muhyiddin Abdusshomad
Sumber Artikel at: http://www.gasud.com/2012/10/penjelasan-dan-pengertian-aswaja-ahlus.html
Copyright http://gasud.com
Sumber Artikel at: http://www.gasud.com/2012/10/penjelasan-dan-pengertian-aswaja-ahlus.html
Copyright http://gasud.com
0 komentar:
Posting Komentar