WHAT'S NEW?
Loading...

Keutamaan Diam

KEUTAMAAN DIAM


Ketahuilah bahwa manusia itu ada kalanya ia diam. Jika ia berbicara baik maka ia beruntung. Jika berbicara buruk maka ia pun merugi. Jika diam dari perkataan buruk, maka ia pun beruntung. Dan jika diam dari perkataan yang baik, maka ia pun merugi. Maka dalam perkataan dan diamnya ada dua keuntungan yang patut dihasilkan dan dua kerugian yang patut dihindari.

Sebagaimana Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam menasehati dan memberi tahu salah seorang sahabatnya, beliau bersabda;

أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ قُلْتُ : بَلَى ، فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ ، فَقَالَ : تَكُفُّ عَلَيْكَ هَذَا قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ ؟ قَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ هَلْ يُكِبُّ النَّاسَ عَلَى وُجُوهِهِمْ فِي النَّارِ ، إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ ؟

“Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi)

Dan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam juga menerangkan tentang kerugian yang akan di dapatkan oleh seseorang, yang ketika berbicara ia tidak memikirkan apa yang akan dikatakannya, apakah di dalamnya mengandung kebaikan ataukah mengandung keburukan;

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ

“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya.” (HR. Tirmidzi)
Dan Beliau juga bersabda;

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ

“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Bukhari)


Dan Beliau Juga bersabda;

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim)


Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim (18/117) tatkala menjelaskan hadits ini mengatakan, “Ini semua merupakan dalil yang mendorong setiap orang agar selalu menjaga lisannya sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda;

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari & Muslim)

Dan telah datang suatu perkataan yang amat bermakna, diriwayatkan oleh Al-Imam Ath-Thabrani di dalam Tafsirnya dari salah seorang sahabat Rasululullah sholallahu ‘alaihi wasallam, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata;

مَنْ كَثُرَ كَلَامهُ كَثُرَ سَقَطُهُ وَمَنْ كَثُرَ سَقَطُهُ كَثُرَتْ ذُنُوْبُهُ وَمَنْ كَثُرَتْ ذُنُوْبُهُ كَانَتِ النَّارُ أُوْلَى بِهِ

“Barangsiapa banyak bicaranya, maka banyaklah kesalahannya. Dan siapa yang banyak kesalahannya, banyaklah dosanya. Barangsiapa yang banyak dosanya, maka api neraka akan menimpanya.”


Oleh karena itu, selayaknya setiap orang yang berbicara dengan suatu perkataan atau kalimat, merenungkan apa yang akan ia ucap. Jika memang ada manfaatnya, barulah ia berbicara. Jika tidak, hendaklah dia menahan lisannya. Itulah mengapa ada suatu perumpaan yang sangat indah di ungkapan oleh seorang ulama Ibnul Mubarak, yang mana ia berkata;

إنْ كَانَ الْكَلَامُ مِنْ فضَّةٍ ، فإنَّ الصَّمْتَ مِنْ ذَهَبٍ

“Andaikata perkataan itu dari perak, maka diam itu dari emas.”
Yaitu perkataan yang menunjukkan ketaatan kepada Allah, dan diam untuk menghindari diri dari berbuat kemaksiatan kepada Allah. Hal ini sebagaimana dikatakan Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hambali di dalam kitabnya Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam.

Ini menegaskan bahwa mencegah maksiat lebih baik daripada mengerjakan ketaatan dan diam itu lebih baik daripada bicara.
Akan tetapi sekelompok ulama salaf berpendapat, bahwa bicara lebih utama, karena manfaatnya meluas. Berdasarkan ini, maka perkataan baik adalah lebih baik daripada diam dan diam lebih baik daripada perkataan buruk. Dan inilah pendapat yang paling tepat.

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

أَصْلُ الإيمانِ السُّكُوتِ إلاَّ عَنْ ذِكْرِ الله تَعَالى

“Pokok iman adalah diam, kecuali menyebut nama Allah.”
Diam adalah kunci penutup, dan sebagaiman dikatakan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu;

وَكَمْ فَاتِحٍ أَبْوَابَ شَرٍّ لِنَفْسِهِ إذا لَمْ يَكُنْ قِفْلٌ عَلَى فِيهِ مُقْفلُ

“Betapa banyak orang yang membuka pintu keburukan bagi dirinya jika tidak ada kunci yang menutup mulutnya.”
Dan dari seorang Ulam Uyainah bin Sofyan, bahwa dikatakan kepadanya dan ada juga yang mengatakan bahwa ini perkataan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam di dalam kita al-jami ash-shogir;

الصَّمْتُ زَيْنٌ لِلْعَالِمِ، وَسِتْرٌ لِلْجَاهِلِ

“Diam itu perhiasan orang alim dan penutup orang bodoh.”
Yaitu diam itu menimbulkan kewibawaan yang sesuai bagi orang alim dan juga menutupi kebodohan orang yang bodoh selama ia tidak bicara. Dan diakhir pembahasan tentang keutamaan diam ini, dikatakan dalam syair yang begitu Indah;

يَا كَثِيرَ الفُضُولِ قَصِّرْ قليلاً قَدْ فَرَشْتَ الفُضُولَ عَرْضا وَطُولا
قَدْ أَخَذْتَ مِنَ القَبِيحِ بِحظٍّ فَاسْكُتِ الآنَ إنْ أَرَدْتَ جَمِيلا

Wahai orang yang banyak bicara yang tidak perlu, engkau telah banyak bicara yang tidak berguna, engkau telah ucapkan perkataan yang buruk, maka diamlah sekarang! Jika kau inginkan kebaikan.” (Tanqihul Qoul)

Sumber : fadhoilul-islam.blogspot.com


Semoga bermanfaat.

2 komentar: Leave Your Comments