Memproduksi Niat Baik :
Dalam kumpulan hadits Arbain Nawawiyah diketengahkan sabda Rasulullah
SAW yang menyatakan bahwa amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan
seseorang akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang ia niatkan.
Dikisahkan ada seorang ahli ibadah tergoda untuk berlaku maksiat
padahal selama ini ia telah menikmati serangkain ibadah dan munajah.
Tidak tahan dengan godaan dan rayuan
setan, ia berniat mencicipi sedikit 'kenikmatan' maksiat dengan turun
dari tempat ibadahnya yang ada di lantai atas rumahnya.
Sementara si adik adalah sosok yang bergelimang dosa dan noda maksiat.
Tidaklah satu hari berlalu yang tidak ia isi dengan aneka keculasan.
Suatu pagi usai teler berat karena menunggak minuman keras, ia merenung.
Katanya, “Ya Tuhan, sampai kapan aku berlaku seperti ini. Bukankah
telah tiba masanya bagiku untuk bertaubat. Aku malu padamu, Tuhan. Aku
ingin seperti saudaraku yang mengisi hari-harinya dengan ibadah
kepadaMu.”
Setelah mengungkapkan kata-kata sesal ia beranjak
dari tempat duduknya dengan tujuan pergi ke lantai atas untuk menemui
saudaranya guna menyatakan taubat dan beribadah sepertinya. Takdir
berkata lain. Ahli ibadah yang sedang menuruni anak tangga tiba-tiba
jatuh tersungkur mengenai tubuh si adik yang tengah naik ke atas.
Keduanya terjerembab ke tanah dan tewas seketika.
Apa yang
membedakan kedua bersaudara ini? NIATNYA. Si ahli ibadah akan
dibangkitkan dengan status sebagai ahli maksiat karena niatnya dan si
ahli maksiat dibangkitkan dengan status ahli taubat, juga karena
niatnya.
Kisah berbeda terjadi pada diri seorang sufi yang
tengah jatuh sakit. Ia mendapat kunjungan dari kawan-kawannya. Si sufi
berkata kepada mereka, “Mari kita berniat berangkat haji, niat melakukan
ini-itu (hal-hal yang baik)....”
Kawan-kawannya bingung.
Mereka bertanya, “Tuan, bukankah engkau sedang dalam keadaan sakit
seperti ini? Bagiaimana bisa engkau mengajak kami untuk memasang
niat-niat begitu banyak?”Sang sufi menjawab bijak, “Jika Allah beri kita
umur, niat-niat itu akan kita tuntaskan namun jika allah berkehendak
lain, maka kita telah memperoleh pahala yang banyak berkat niat yang
kita hujamkan dalam diri.”
Tadi pagi. selepas pulang dari
Blitar, saya masuk ke kelas sesuai jadwal mengajar di pesantren.Saya
ajak anak-anak saya di kelas untuk berniat yang sebaik-baiknya dan
sebanyak-banyaknya dalam proses belajar-mengajar kami, dengan mengutip
kalimat niat belajar yang diajarkan oleh Imam Abdullah bin Alawi
al-Haddad:
“Nawaytut Ta`alluma Wat Ta`liim Wat Tadzakkura wat
Tadzkiir Wan Naf`a wal Intifa`a Wal Ifaadah Wal Istifaadah Wal Hatstsa
`alat Tamassuk bi kitabillaahi wa sunnah rasuulih wad Du`aa ilal Huda
wad Dalaalah `alal khair wab Tigha-a wajhillaah wa Mardhaatih Wa Qurbih
wa Tsawaabihi.”
(Aku niatkan untuk belajar dan mengajar,
Mengambil dan memberi manfa'at,Mengambil dan memberi
peringatan,mengambil faedah dan memberi faedah, Berpegang teguh pada
Kitab Allah dan sunnah Rasulullah sallahu alayhi wassalam, Menyeru
kepada petunjuk, Menunjuk ke arah kebaikan, Menuntut dan mencari
keredhaan Allah, Mendekatkan diri dan mendapatkan balasan dari-Nya.)
(Habib Ali Akbar Bin Agil)
Sudah Niat Baik, belum?
WHAT'S NEW?
Loading...
0 komentar:
Posting Komentar