WHAT'S NEW?
Loading...

Memproduksi Niat Baik

Memproduksi Niat Baik :

Dalam kumpulan hadits Arbain Nawawiyah diketengahkan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan seseorang akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang ia niatkan.

Dikisahkan ada seorang ahli ibadah tergoda untuk berlaku maksiat padahal selama ini ia telah menikmati serangkain ibadah dan munajah. Tidak tahan dengan godaan dan rayuan setan, ia berniat mencicipi sedikit 'kenikmatan' maksiat dengan turun dari tempat ibadahnya yang ada di lantai atas rumahnya.

Sementara si adik adalah sosok yang bergelimang dosa dan noda maksiat. Tidaklah satu hari berlalu yang tidak ia isi dengan aneka keculasan. Suatu pagi usai teler berat karena menunggak minuman keras, ia merenung. Katanya, “Ya Tuhan, sampai kapan aku berlaku seperti ini. Bukankah telah tiba masanya bagiku untuk bertaubat. Aku malu padamu, Tuhan. Aku ingin seperti saudaraku yang mengisi hari-harinya dengan ibadah kepadaMu.”

Setelah mengungkapkan kata-kata sesal ia beranjak dari tempat duduknya dengan tujuan pergi ke lantai atas untuk menemui saudaranya guna menyatakan taubat dan beribadah sepertinya. Takdir berkata lain. Ahli ibadah yang sedang menuruni anak tangga tiba-tiba jatuh tersungkur mengenai tubuh si adik yang tengah naik ke atas. Keduanya terjerembab ke tanah dan tewas seketika.

Apa yang membedakan kedua bersaudara ini? NIATNYA. Si ahli ibadah akan dibangkitkan dengan status sebagai ahli maksiat karena niatnya dan si ahli maksiat dibangkitkan dengan status ahli taubat, juga karena niatnya.

Kisah berbeda terjadi pada diri seorang sufi yang tengah jatuh sakit. Ia mendapat kunjungan dari kawan-kawannya. Si sufi berkata kepada mereka, “Mari kita berniat berangkat haji, niat melakukan ini-itu (hal-hal yang baik)....”

Kawan-kawannya bingung. Mereka bertanya, “Tuan, bukankah engkau sedang dalam keadaan sakit seperti ini? Bagiaimana bisa engkau mengajak kami untuk memasang niat-niat begitu banyak?”Sang sufi menjawab bijak, “Jika Allah beri kita umur, niat-niat itu akan kita tuntaskan namun jika allah berkehendak lain, maka kita telah memperoleh pahala yang banyak berkat niat yang kita hujamkan dalam diri.”

Tadi pagi. selepas pulang dari Blitar, saya masuk ke kelas sesuai jadwal mengajar di pesantren.Saya ajak anak-anak saya di kelas untuk berniat yang sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya dalam proses belajar-mengajar kami, dengan mengutip kalimat niat belajar yang diajarkan oleh Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad:

“Nawaytut Ta`alluma Wat Ta`liim Wat Tadzakkura wat Tadzkiir Wan Naf`a wal Intifa`a Wal Ifaadah Wal Istifaadah Wal Hatstsa `alat Tamassuk bi kitabillaahi wa sunnah rasuulih wad Du`aa ilal Huda wad Dalaalah `alal khair wab Tigha-a wajhillaah wa Mardhaatih Wa Qurbih wa Tsawaabihi.”

(Aku niatkan untuk belajar dan mengajar, Mengambil dan memberi manfa'at,Mengambil dan memberi peringatan,mengambil faedah dan memberi faedah, Berpegang teguh pada Kitab Allah dan sunnah Rasulullah sallahu alayhi wassalam, Menyeru kepada petunjuk, Menunjuk ke arah kebaikan, Menuntut dan mencari keredhaan Allah, Mendekatkan diri dan mendapatkan balasan dari-Nya.)
(Habib Ali Akbar Bin Agil)

Sudah Niat Baik, belum?

0 komentar:

Posting Komentar